Soal merasa malu, gagal, atau adanya ketidak sempurnaan, itu adalah hal yang manusiawi. Tapi dalam kejadian ini yang kasihan justru burungnya. Ada apa dengan burung ini? Mengapa burungnya lemas?
Ceritanya begini. Dalam suatu upacara, entah upacara apa, dilepaskanlah burung merpati putih sebagai simbol perdamaian oleh dua orang anak, satu anak laki-laki dan satu lagi anak perempuan. Lucu-lucu ya anak-anak ini. Imut-imut.
Burung digenggam, lalu dilepaskan (atau malah dilemparkan?) ke udara. Harapannya sih, si burung merpati putih ini mau terbang. Tapi apa daya, si burung sudah lemas duluan. Entah karena digenggam terlalu kencang burungnya, atau si burung pusing karena dilempar ke atas terlalu kencang.
Jatuhlah si burung merpati yang malang ini, terhempas ke tanah. Seorang pembina dalam upacara tersebut buru-buru maju ke depan dan mengambil burung malang itu dari tanah.
Walaupun burung sudah jatuh, tapi tetap saja anak-anak ini disuruh bersorak seolah burungnya terbang tinggi, sesuai dengan apa yang sudah dilatih, terutama dalam gladi bersih.
Ini persis seperti suatu kutipan dari seorang olah ragawan, saya lupa namanya, dia bilang begini: "manajemen itu mirip dengan memegang burung merpati. Kalau dipegang terlalu erat dia mati, kalau terlalu longgar dia bisa lepas."
Ada satu peribahasa dari Jerman yang berkaitan dengan merpati, yang mengatakan: "bila merpati putih mulai bergaul dengan gagak, bulu merpati itu tetap saja putih namun hatinya mulai berubah kelam (seperti warna bulu burung gagak)." Sekian dulu LucuNggakLucu.blogspot.com kali ini, sampai berjumpa di lain posting.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar